"Tolong,
sempatkan sebentar saja...", dalam hati lirih berbicara.
Memandangnya yang
hanya terdiam tanpa suara benar-benar membuat diriku gemas ingin menendangnya
saja. Tapi apa daya, aku tak kuasa. Aku tak akan pernah kuasa melakukannya.
Bukan karena aku tak bisa, namun karena aku tak mau. Tak mau karena aku begitu
mencintaimu.
Ahh, mengapa
perasaan selalu menang melawan kenyataan. Perasaan selalu saja menjadi
prioritas meski jelas tak pantas. Kau bahkan tak pantas mendapatkan perlakuan
manisku.