Teruntuk dirimu yang masih dalam
penantian....
Aku yakin
kaupun tau bahwa aku terlahir dari rusukmu. Tapi mengenai parasmu, mengenai
sifatmu, mengenai dirimu, aku tidak pernah tau. Bukan, aku belum tau. Hanya Allah Yang Maha Tau. Kini, setelah 24 tahun berlalu, aku lantas mencarimu.
Tidakkah kau telah puas mengarungi kehidupan sendirian? Sampai kapan kau
membiarkanku berdiri sendirian? Tidakkah kau ingin menjemputku menjadi
pelengkap rusukmu? 24 tahun menunggu adalah bukti kesetiaanku padamu, pemilik
rusukku...
Pernah,
sekali aku mengira telah bertemu denganmu. Kukira dialah belahan jiwaku. Hingga
Tuhan memisahkan, aku sadar kau masih menjelajah di luar batas kehidupan.
Allah, Dialah yang menguatkanku ketika aku merasa kehilangan, kecewa, juga
terluka. Dan aku masih menunggumu dengan sangat berhati-hati. Tak ingin
mengecewakanmu yang pernah sekali kukhianati.
Duhai pemilik rusuk yang hilang,
jika ini adalah hukuman karena pernah mengkhianatimu, aku ikhlas menerima. Aku
bahkan rela ketika mereka mulai mencibirkan kesendirianku. Aku tak pernah
merengek, aku tak pernah menyerah. Aku bertahan menjaga kepercayaanmu. Aku tak
akan lagi kengkhianatimu dengan menjalin hubungan yang tak halal. Aku akan
menunggumu hingga kau datang kepadaku, memintaku dari ayahandaku. Menjemputku dengan cara yang
sempurna.
Kekasih hati
yang tertunda, sesekali aku berfikir siapakah sosokmu ini. Apakah engkau teman
sebangsal ketika aku dilahirkan, apakah engkau teman masa kecil ketika aku
masih tinggal di desa pertama kutinggal, atau teman masa kecil saat aku tinggal
bersama nenek di kota? Apakah engkau teman SD, SMP, SMA, kuliah, kerja, ataukah
tetangga, atau tetangga temanku, atau sodara temanku ? Sungguh aku seringkali
memikirkan hal itu. Bukan karena aku ingin menebak-nebak atau menghendaki siapa
dirimu, tapi semua ini hanyalah kekhawatiran semata. Sungguh, siapapun engkau
duhai pemilik rusuk yang hilang, bukankah Allah sudah menggariskan
ketetapanNya? Lantas mana mungkin aku sanggup menolak setiap takdirNya.
Duhai sang pemilik kerinduan yang
terpendam, aku bukan lelah menanti, tapi aku ingin segera menghalalkan hubungan
ini. Bukan karena usiaku yang terus mendewasakanku, tapi aku ingin segera
menggenapkan separuh agamaku. Sehingga genap pula setiap ibadah yang kutunaikan
berkat menjadi kekasih halalmu. Bukankah menjadi seorang istri akan lebih mudah
dalam beribadah kepada Ilahi?
Pemilik
cinta yang tertunda, aku yakin Allah memiliki alasan mengapa aku diberikan
waktu panjang sebelum kita dipertemukan. Dia memberiku kesempatan untuk
memperbaiki diri, untuk memperbanyak ilmu yang kumiliki, untuk mempersiapkan
setiap hal sebelum kita dipertemukan. Allah ingin agar aku tidak
mengecewakanmu. Karenanya telah kugali ilmuku sebanyak buku yang terpampang
dalam rak bukuku. Telah kuikuti berbagai kajian tentang ilmu pernikahan. Telah
kupertebal doa setiap malam. Telah kuikhlaskan setiap waktu yang kuhabiskan
untuk mempersiapkan kehadiranmu. Allah ingin aku mempersiapkan itu
sematang-matangnya, agar tak menyulitkanmu kala mendidikku kelak. Ya, aku yakin Allah memang sengaja memberiku kesempatan untuk mempersiapkan semua itu.
Duhai cinta yang masih dalam
penantian, temukanlah aku, jemputlah aku. Jika saja ada teknologi yang mampu
menunjukkan dimana pasangan rusukku, sudah pasti aku menggunakannya sejak awal
aku dilahirkan. Kan kuikuti kemana arahmu melangkah agar kita selalu bersama,
tanpa harus mencari kemana-mana. Namun alat seperti itu tidaklah ada di dunia.
Sedangkan aku bukan ahli teknologi yang mampu menciptakan rekayasa Ketentuan
Tuhan.
Kepadamu
pemilik rusuk yang hilang, kepadaNya aku menitipkan setiap inchi tubuhmu agar
tetap dalam perlindungan. Hanya kepada Allah aku mempercayakan setiap
kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesanmu sebelum kau menjemputku. Hanya kepada Allah aku mampu memendam semua kerinduan yang tak tersampaikan. Hingga kelak
kita dipersatukan, semoga kita tetap mengandalkan Allah atas setiap kehidupan
kita. Karena Dialah yang menciptakan kita, pastilah Dia yang mampu memelihara
kita, untuk saling mencintai karenaNya.
Duhai kekasih hati, kesetiaan ini
menanti kedatanganmu, aku masih menunggu. Aku akan setia menjaga diriku. Aku
yakin dirimupun melakukan hal yang sama. Kuharap kau segera bisa menemukanku.
Dan semoga doaku dan doamu bisa menjadi energi yang mampu mengguncang Arsy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar