Selasa, 03 Mei 2016

Surat Untuk Pemilik Rusuk yang Hilang


Teruntuk dirimu yang masih dalam penantian....
Aku yakin kaupun tau bahwa aku terlahir dari rusukmu. Tapi mengenai parasmu, mengenai sifatmu, mengenai dirimu, aku tidak pernah tau. Bukan, aku belum tau. Hanya Allah Yang Maha Tau. Kini, setelah 24 tahun berlalu, aku lantas mencarimu. Tidakkah kau telah puas mengarungi kehidupan sendirian? Sampai kapan kau membiarkanku berdiri sendirian? Tidakkah kau ingin menjemputku menjadi pelengkap rusukmu? 24 tahun menunggu adalah bukti kesetiaanku padamu, pemilik rusukku...
 
Pernah, sekali aku mengira telah bertemu denganmu. Kukira dialah belahan jiwaku. Hingga Tuhan memisahkan, aku sadar kau masih menjelajah di luar batas kehidupan. Allah, Dialah yang menguatkanku ketika aku merasa kehilangan, kecewa, juga terluka. Dan aku masih menunggumu dengan sangat berhati-hati. Tak ingin mengecewakanmu yang pernah sekali kukhianati.


Duhai pemilik rusuk yang hilang, jika ini adalah hukuman karena pernah mengkhianatimu, aku ikhlas menerima. Aku bahkan rela ketika mereka mulai mencibirkan kesendirianku. Aku tak pernah merengek, aku tak pernah menyerah. Aku bertahan menjaga kepercayaanmu. Aku tak akan lagi kengkhianatimu dengan menjalin hubungan yang tak halal. Aku akan menunggumu hingga kau datang kepadaku, memintaku dari  ayahandaku. Menjemputku dengan cara yang sempurna.

Kekasih hati yang tertunda, sesekali aku berfikir siapakah sosokmu ini. Apakah engkau teman sebangsal ketika aku dilahirkan, apakah engkau teman masa kecil ketika aku masih tinggal di desa pertama kutinggal, atau teman masa kecil saat aku tinggal bersama nenek di kota? Apakah engkau teman SD, SMP, SMA, kuliah, kerja, ataukah tetangga, atau tetangga temanku, atau sodara temanku ? Sungguh aku seringkali memikirkan hal itu. Bukan karena aku ingin menebak-nebak atau menghendaki siapa dirimu, tapi semua ini hanyalah kekhawatiran semata. Sungguh, siapapun engkau duhai pemilik rusuk yang hilang, bukankah Allah sudah menggariskan ketetapanNya? Lantas mana mungkin aku sanggup menolak setiap takdirNya.

Duhai sang pemilik kerinduan yang terpendam, aku bukan lelah menanti, tapi aku ingin segera menghalalkan hubungan ini. Bukan karena usiaku yang terus mendewasakanku, tapi aku ingin segera menggenapkan separuh agamaku. Sehingga genap pula setiap ibadah yang kutunaikan berkat menjadi kekasih halalmu. Bukankah menjadi seorang istri akan lebih mudah dalam beribadah kepada Ilahi?

Pemilik cinta yang tertunda, aku yakin Allah memiliki alasan mengapa aku diberikan waktu panjang sebelum kita dipertemukan. Dia memberiku kesempatan untuk memperbaiki diri, untuk memperbanyak ilmu yang kumiliki, untuk mempersiapkan setiap hal sebelum kita dipertemukan. Allah ingin agar aku tidak mengecewakanmu. Karenanya telah kugali ilmuku sebanyak buku yang terpampang dalam rak bukuku. Telah kuikuti berbagai kajian tentang ilmu pernikahan. Telah kupertebal doa setiap malam. Telah kuikhlaskan setiap waktu yang kuhabiskan untuk mempersiapkan kehadiranmu. Allah ingin aku mempersiapkan itu sematang-matangnya, agar tak menyulitkanmu kala mendidikku kelak. Ya, aku yakin Allah memang sengaja memberiku kesempatan untuk mempersiapkan semua itu.

Duhai cinta yang masih dalam penantian, temukanlah aku, jemputlah aku. Jika saja ada teknologi yang mampu menunjukkan dimana pasangan rusukku, sudah pasti aku menggunakannya sejak awal aku dilahirkan. Kan kuikuti kemana arahmu melangkah agar kita selalu bersama, tanpa harus mencari kemana-mana. Namun alat seperti itu tidaklah ada di dunia. Sedangkan aku bukan ahli teknologi yang mampu menciptakan rekayasa Ketentuan Tuhan.

Kepadamu pemilik rusuk yang hilang, kepadaNya aku menitipkan setiap inchi tubuhmu agar tetap dalam perlindungan. Hanya kepada Allah aku mempercayakan setiap kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesanmu sebelum kau menjemputku. Hanya kepada Allah aku mampu memendam semua kerinduan yang tak tersampaikan. Hingga kelak kita dipersatukan, semoga kita tetap mengandalkan Allah atas setiap kehidupan kita. Karena Dialah yang menciptakan kita, pastilah Dia yang mampu memelihara kita, untuk saling mencintai karenaNya.

Duhai kekasih hati, kesetiaan ini menanti kedatanganmu, aku masih menunggu. Aku akan setia menjaga diriku. Aku yakin dirimupun melakukan hal yang sama. Kuharap kau segera bisa menemukanku. Dan semoga doaku dan doamu bisa menjadi energi yang mampu mengguncang Arsy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar